Rekam,24.com, Bogor – Seorang remaja berinisial TAP (15) dari Cibungbulang, Kabupaten Bogor, tengah menghadapi kondisi medis langka yang mengubah hidupnya. TAP yang sejak lahir dinyatakan berjenis kelamin perempuan, kini menunjukkan ciri fisik laki-laki akibat kondisi yang dikenal dengan istilah ambiguous genitalia, hermafrodit, atau interseks.
Ibu TAP menceritakan bahwa perubahan fisik anaknya mulai terlihat sejak memasuki masa remaja.
“Awalnya, TAP kami kenal sebagai anak perempuan. Namun, sekitar Oktober 2024, saya mulai melihat perubahan pada tubuhnya saat ia mandi. Alat kelaminnya mulai tampak seperti laki-laki,” kata sang ibu dengan suara terbata-bata.
Baca Juga : Wabah Misterius Mirip Flu Tewaskan 143 Orang di Kongo
Merasa khawatir, keluarga segera membawa TAP ke dokter untuk memeriksakan kondisi medisnya. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan bahwa TAP memiliki karakteristik fisik laki-laki.
“Dokter menyarankan kami untuk melakukan tes kromosom dan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit besar,” jelas sang ibu.
Namun, perjalanan keluarga TAP untuk mendapatkan kejelasan medis tidaklah mudah. Mereka harus menunggu dua bulan untuk mendapatkan layanan cek kromosom melalui fasilitas BPJS.
Baca Juga : Hari Terakhir Tim RK-Suswono Ajukan Gugatan ke MK
“Kami sudah dirujuk ke beberapa rumah sakit, tetapi antreannya sangat panjang,” keluh sang ibu.
TAP juga disarankan menjalani beberapa prosedur medis, termasuk operasi penyesuaian kelamin. “Operasi ini sangat penting agar kondisi TAP bisa ditangani secara medis,” tambah ibu TAP.
Selain tantangan medis, keluarga TAP juga harus menghadapi stigma sosial. TAP yang sebelumnya dikenal sebagai anak perempuan tomboy, kini harus beradaptasi dengan identitas barunya di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Baca Juga : Mozes Kallem dan Rombongan Diintimidasi oleh OTK Usai Pasang Plang Kepemilikan Lahan di Bogor
“Para guru dan teman-temannya sudah kami beri penjelasan tentang kondisi TAP. Kami berharap dia bisa terus sekolah dan meraih cita-citanya,” ujar sang ibu dengan penuh keyakinan.
Meski menghadapi banyak kesulitan, TAP tetap menjalani hidup dengan semangat dan optimisme. Bahkan, setelah pulang sekolah, ia membantu keluarga dengan berjualan gorengan.
“Dia selalu optimis, rajin, dan tidak pernah mengeluh. TAP anak yang sangat kuat dan pantang menyerah,” kata ibunya.
Keluarga TAP berharap ada dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait untuk mempercepat proses pengobatan dan prosedur medis yang dibutuhkan.
“Harapan kami, semoga ada jalan untuk mempercepat proses operasi dan pengobatan agar TAP bisa memiliki masa depan yang lebih baik,” tutup sang ibu.
Kasus yang dialami TAP menjadi pengingat pentingnya kesadaran dan dukungan terhadap individu dengan kondisi interseks, agar mereka dapat menjalani kehidupan yang sehat, bahagia, dan diterima dengan baik dalam masyarakat.