Rekam24.com – Proyek pembangunan penataan kawasan Stasiun Batutulis yang merusak 21 rumah milik warga di Gang Dalam, RW 08, Kelurahan Lawang Gintung, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor mendapat sorotan dari Wakil Walikota Bogor, Dedie A Rachim.
“Saran saya dilakukan advokasi melalui Lurah, nanti disampaikan ke Balai Besar Perkeretaapian Jabar. Bagaimana nanti solusinya dan langkah-langkah yang bisa diambil oleh Balai Besar, karena kan tanggungjawab dari pelaksanaan proyek ada di Balai Besar Perkeretaapian Jabar,” ujar Dedie, Rabu (02/08/23).
Adapun, menurut Wakil Wali Kota Bogor, advokasi yang dilakukan melalui Lurah, yakni pihak kelurahan membuat semacam pendataan terkait permasalahan ini.
“Nanti minta lewat kelurahan, di bikin semacam pendataan lah untuk disampaikan secara kolektif,” ujar Dedie A Rachim.
Sebelumnya Sebanyak 21 rumah milik warga di Gang Dalam, RW 08, Kelurahan Lawang Gintung, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor rusak imbas proyek pembangunan penataan kawasan Stasiun Batutulis.
Kerusakan rumah warga berupa retakan pada tembok bangunan, hingga lantai ambles itu terjadi akibat getaran alat berat dari proyek Underpass Batutulis.
Salah satu warga terdampak, Ahyar mengaku, rumahnya rusak sejak proyek double track. Kini, rumahnya kembali terdampak oleh pembangunan kawasan Batutulis.
Atas hal itu, Ahyar pun mengaku sudah menyampaikan terkait kerusakan bangunan rumahnya kepada pihak kontraktor melalui aparatur di wilayah.
“Sudah kami sampaikan ke pengurus disini, untuk diteruskan ke PT KAI atau kontraktor pelaksana proyek. Karena getarannya bikin dinding retak dan takut roboh nimpa orang,” kata dia baru-baru ini.
“Waktu proyek pertama (double track) ga ada kompensasi. Jangan sampai sekarang juga ga dapet,” ujar Ahyar.
Sementara itu, warga terdampak lainnya Tono sempat menunjukan dua video yang direkam oleh anaknya saat terjadi getaran belum lama ini. Dalam tayangan satu video menunjukan gelas dan piring yang berada di lemari bergetar sangat keras.
Sementara, video lainnya menunjukan air dalam bak mandi bergoyang seperti diguncang gempa bumi.
“Getaran sudah berlangsung sebulan lebih. Sehari bisa 3-4 kali terasa getaran. Waktu awal-awal getarannya sangat kuat, sampai serpihan dari atap jatuh, ada dinding yang retak, genteng bergeser,” kata Tono.
Saking cemas rumahnya khawatir roboh, Tono berinisiatif mendirikan bangunan darurat. Namun karena tidak punya biaya, bangunan yang berada di samping rumahnya itu sampai saat ini masih berupa rangka.
“Rumah saya kan bukan bangunannya yang kokoh, apalagi rumah saya tingkat dua. Jadi punya rencana mindahin barang-barang kesana, tapi belum jadi,” ujar dia.
Ditempat sama, Ketua RW 08, Franki Pulung mencatat ada sekitar 21 rumah di wilayahnya yang mengalami keretakan tembok dan lantai dengan skala kerusakan yang berbeda.
“Ada penambahan lagi dua rumah, jadi total 21 rumah di tiga RT yang terdampak proyek itu,” kata Franki.
Franki menyatakan pihak PT Yasapola Remaja selaku kontraktor proyek pembangunan kawasan Stasiun Batutulis dan Underpass menyatakan bersedia memperbaiki bangunan rumah warga yang rusak.
“Janjinya nanti diperbaiki kalau pengerjaan pemasangan tiang pancang selesai. Katanya kalau sekarang diperbaiki, takutnya nanti rusak lagi kena getaran, kan proyeknya belum beres,” tandas dia.