Rekam24, BOGOR – Hotel Pasar Passer Baroe Bogor di Jalan Kelenteng, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor merupakan salah satu hotel mewah yang menjadi saksi bisu kegiatan politik di Indonesia.
Pantauan Rekam24.com di lokasi hotel ini kini ditumbuhi semak belukar dan pohon kersen.
Selain itu sekitar hotel ini juga dipagari oleh asbes bekas yang menghalangi pandangan sekitar hotel.
Tak diketahui pasti mengapa hotel ini dibiarkan terbengkalai.
Dilihat dari berbagai sumber Hotel Passer Baroe merupakan salah satu hotel tertua di Bogor, dibangun bersamaan dengan Hotel Bellevue dan Hotel Salak pada tahun 1873 oleh seorang Tionghoa bernama Tan Kwan Hong.
Dikutip dari sumber di media online Menurut Liem Hie Nio, cucu mantan pengurus Hotel Pasar Baroe, yaitu Lim Siang Hien, hotel tersebut beroperasi sejak zaman kolonial Belanda.
Hotel tersebut didirikan pada 1873 oleh keturunan China bernama Tan Kwan Hong.
Kemudian hotel itu dibeli keluarga Lim dan Lie setelah dua kali berpindah tangan. Bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.200 meter persegi tersebut memiliki keunikan arsitektur Eropa kombinasi Tionghoa
“Karena wilayah tersebut berada di kawasan Pecinan, jadi mengkombinasikan Eropa dan China,” ujar Liem Hie Nio, Senin (30/1/2017) dikutip Liputan6.com.
Hotel itu mulai berkembang sejak beroperasinya kereta api dari Batavia ke Buitenzorg pada 1873 hingga peralihan abad 20.
Pada masa itu hotel tersebut menjadi primadona bagi para pelancong, selain Hotel Salak dan Hotel Bellevue (kini menjadi pusat perbelanjaan dan sempat menjadi Pasar Ramayana).
Hotel Pasar Baroe muncul dan menjadi pilihan bagi golongan kelas menengah ke bawah. Bukti hotel tua sebagai bagian dari peradaban Kota Bogor dilihat dari sejumlah bangunan bersejarah yang ada di sekitarnya.
Di sekitar gedung itu banyak ditemukan bangunan antik berlanggam Eropa-Tionghoa yang diperkirakan mulai dibangun pada peralihan abad.
Kawasan tersebut merupakan pertemuan antara Kelenteng Weg atau Jalan Kelenteng Hok Tek Bio dan Pasar Weg atau Jalan Pasar pada masa kolonial Belanda.
Bukti sejarah lainnya adalah sejumlah nama-nama yang pernah menginap di hotel tersebut.
Namun, kini Hotel bersejarah ini hanya tinggal kenangan, puing-puing atap hotel terlihat kumuh dan tidak terawat. Setelah tidak beroperasi hotel itu dibiarkan begitu saja dan yang menempati hanyalah orang-orang yang mengais rezeki di pasar tersebut.
Sementara itu di lokasi terpisah Kepala Disparbud Kota Bogor Iceu Pujiati mengklaim bahwa hotel tersebut belum masuk sebagai benda cagar budaya.
“Apakah memang sudah ada penetapan ya bahwa hotel tersebut b sebagai benda bersejarah ?,” jawab Iceu.
Karena menurut Iceu dari data yang ada di Disparbud hotel itu hanya masuk dalam data ODBC ( objek diduga cagar budaya).
“Sama perilakunya dengan ODBC lain, bisa menjadi cagar budaya apabila sudah dilakukan kajian oleh tim ahli cagar budaya,” katanya.
Sehingga lanjut Iceu tindak lanjut
Dari Disparbud adalah melakukan cek lokasi.
“Dan kami akan koordinasi dengan TACB dan Kemendikbud up BPK ( badan pelestarian kebudayaan ) wil 9 ptov jabar,” ucapnya.
Sementara itu dikutip pada tayangan video tentang hotel pasar baroe di tahun 2017 Budayawan Rachmat Iskandar mengatakan bahwa Salah seorang pendiri Syarikat Islam (SI) yang juga pergerakan nasional, yaitu Tirto Adhi Soerjo, pernah menjalankan aktivitas atau kegiatan politiknya di Buitenzorg dan menginap di Hotel Pasar Baroe.
“”Salah satu sejarah di dalam hotel tersebut adalah ketika kegiatan politik sarekat dagang islam,” katanya