Rekam24.com, Bogor – Adanya laporan dari China terkait peningkatan kasus HMPV terutama di kalangan anak-anak dan lansia, mendapat respon Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, dr. Sri Nowo Retno, MARS mengatakan bahwa Human Metapneumovirus (HMPV) adalah virus RNA yang menyebabkan infeksi pernapasan pada manusia.
Menurut dia, virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 2001 di Belanda. Dikutip dari pernyataan Menteri Kesehatan, Virus HMPV berbeda dengan virus COVID-19.
Baca Juga : Semrawut, Pasar Tumpah dan PKL Duduki Pedestrian dan Badan Jalan Dewi Sartika dan Nyi Raja Permas
“COVID-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu. Sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik,” ujar dr Retno.
Gejala umumnya, kata dia, meliputi batuk, demam, hidung tersumbat, dan sesak napas.
Gejala klinis infeksi HMPV dapat berkembang menjadi bronkitis atau pneumonia dan mirip dengan virus lain yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas dan bawah.
Baca Juga : Padat Merayap Jalur Menuju Bogor Barat
“Masa inkubasi diperkirakan 3 hingga 6 hari, dan durasi rata-rata penyakit dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahannya,” kata dia.
Ia menyebut bahwa HMPV menyebar dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui Sekresi dari batuk dan bersin Kontak pribadi yang dekat, seperti menyentuh atau berjabat tangan menyentuh benda atau permukaan yang terdapat virus di atasnya lalu menyentuh mulut, hidung, atau mati.
“Saat ini, belum ada terapi antivirus khusus untuk mengobati HMPV dan belum ada vaksin untuk mencegah HMPV. Perawatan medis bersifat suportif,” jelasnya.
Baca Juga : BTP Bandung dan PT KAI Belum Temui Kata Sepakat, Skybridge Masih Jadi ‘Pajangan’
Pelaksanaan surveilans penyakit infeksi pernafasan melalui aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) yang dilaporkan setiap minggunya melalui penyakit Influenza Like Illnes (ILI) dan Pneumonia.
Situasi ILI dan Pneumonia di Indonesia dan Kota Bogor
Trend ILI di Indonesia tahun 2023-2024 konsisten bergerak dalam rentang 36.000-57.000 kasus per minggu.
Sementara itu di Kota Bogor, tren ILI tahun 2024 fluktuatif dengan tren menurun pada akhir Desember. Adapun puncak kasus terdapat pada Minggu 12 (Maret).
Baca Juga : BOGOR Sepekan, Kedatangan PM Jepang, Alun-aluh Kumuh, Angkot Semrawut
Kasus Pneumonia tahun 2024 lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 dengan pola yang sama. Pada Minggu 38 (September), trend 2023 menunjukkan penurunan sedangkan tahun 2024 menunjukkan stagnasi peningkatan. Sementara itu, tren Pneumonia di Kota Bogor pada tahun 2024, stagnan dengan puncak kasus terdapat pada Minggu 1 (Januari).
Sampai dengan saat ini, Dinas Kesehatan Kota Bogor belum mendapatkan laporan atau menemukan kasus HMPV di Kota Bogor.
Sebagai bentuk kewaspadaan dini terhadap kasus HMPV, Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan upaya sebagai berikut.
Yakni, memantau tren kasus Pneumonia dan ILI melalui SKDR dan menghimbaukepada unit pelapor (Rumah Sakit dan Puskesmas) untuk segera melapormelalui menu EBS-SKDR jika ditemukan klaster penyakit infeksi pernafasan.
Kemudian, berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat terkait perkembangan kasus HMPV
Memberikan promosi kesehatan terkait pencegahan penyakit HMPV melalui media sosial dan Puskesmas.
“Menindaklanjuti arahan dari Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Bogor menghimbau kepada masyarakat untuk tidak panik terhadap informasi yang beredar saat ini,” ungkapnya.
Selanjutnya untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti cukup istirahat, mencuci tangan secara rutin, konsumsi makanan gizi seimbang, memakai masker saat merasa tidak enak badan, dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika muncul gejala yang mencurigakan