Rekam24, BOGOR – Hotel Passer Baru di Jalan Kelenteng, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor menjadi saksi bisa dari perjalanan perpolitikan Indonesia tak terkecuali dengan perjalanan Sarekat Dagang Islam (SDI).
Terletak di belakang Pasar Bogor keberadaan bangunan bersejarah ini tak terawat.
Hotel Passer Baroe beroperasi sejak zaman kolonial Belanda yang didirikan pada 1873 oleh keturunan China bernama Tan Kwan Hong. Kemudian hotel itu dibeli keluarga Lim dan Lie setelah dua kali berpindah tangan.
Bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.200 meter persegi tersebut memiliki keunikan arsitektur Eropa kombinasi Tionghoa
Hotel itu mulai berkembang sejak beroperasinya kereta api dari Batavia ke Buitenzorg pada 1873 hingga peralihan abad 20.
Pada masa itu hotel tersebut menjadi primadona bagi para pelancong, selain Hotel Salak dan Hotel Belavue (kini menjadi pusat perbelanjaan dan sempat menjadi Pasar Ramayana).
Hotel Pasar Baroe muncul dan menjadi pilihan bagi golongan kelas menengah ke bawah. Bukti hotel tua sebagai bagian dari peradaban Kota Bogor dilihat dari sejumlah bangunan bersejarah yang ada di sekitarnya.
Bukti sejarah lainnya adalah sejumlah nama-nama yang pernah menginap di hotel tersebut.
Salah seorang pendiri Sjarikat Islam (SI) yang juga pergerakan nasional, yaitu Tirto Adhi Soerjo, pernah menjalankan aktivitas atau kegiatan politiknya di Buitenzorg dan menginap di Hotel Pasar Baroe.
Ketua Pimpinan Cabang Syarikat Islam (PC SI) Subhan Murtadla mengatakan Sebagai kader Syarikat Islam Kota Bogor, mengapresiasi Pemerintah Kota Bogor, Memberikan Nama Jalan Pendiri Syarikat Dagang Islam (SDI) RM Tirto Adhi Soerjo, tokoh Pers Indonesia ini memang telah menjadi bagian penting dari sejarah serta pertumbuhan kota Bogor sejak sebelum Indonesia Merdeka. Ketokohan Raden Mas Tirto Adisurjo ini, menjadi Kebanggaan bagi Kader SI Kota Bogor saat ini.
“Tapi selama di Buitenzorg itulah, kurang lebih sembilan tahun sebelum wafat RM Tirto Adisurjo bersama dengan Para Saudager Arab di kampung Empang mendirikan perkumpulan Sjarekat Dagang Islamijjah pada 5 April 1909. Nama dan perkumpulan serupa juga ada di Surakarta (Solo) yang dalam sejarah nama Raden Samanhoedi tercatat sebagai pendirinya,” katanya.
Selain itu tidak sedikit pula dari para pegiat sejarah yang berpendapat, bahwa perkumpulan Sjarekat Dagang Islam di Solo itu tak lain dan tak bukan merupakan cabang dari SDI bentukan Tirto yang didirikan dan berpusat di Buitenzorg.
“Jejak perjuangan sejarah SDI, salah satunya Hotel yang berlokasi di Belakang Pasar Bogor,” katanya.
Menurut Subhan Passer Baroe yang menjadi sejarah itu kondisi saat ini, belum ada perhatian dari Pemerintah baik pusat maupun daerah.
“Padahal tempat itu. Melihat kondisinya yg terbengkalai, perlu Pemerintah utk memberikan perhatian pada tempat jejak sejarah perjuangan tokoh-tokoh Bogor.
Hotel itu Harus menjadikan Cagar Budaya, menjadi saksi sejarah. Keberadaan akan menjadi edukasi bagi generasi saat ini, bahwa ada Hotel Tertua di Kota Bogor,” katanya