Rekam24.com, Bogor – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor masih menunggu hasil kajian geologi sebelum memutuskan langkah perbaikan terhadap longsor yang terjadi di Jalan Batu Tulis. Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menyatakan bahwa penelitian mengenai kondisi tanah menjadi faktor utama sebelum perbaikan dilakukan.
“Yang paling penting itu penelitian geologi dan kajian apakah Jalan Saleh Danasasmita masih layak digunakan sebagai akses utama. Ada dugaan terdapat mata air di bawah jalan tersebut, sehingga meskipun diperbaiki, tekanan kendaraan bisa kembali menyebabkan longsor,” ujar Dedie dalam wawancara pada Rabu (12/3)
Pemkot Bogor kini tengah mencari alternatif jalur yang lebih aman agar tidak membebani Jalan Saleh Danasasmita. Ada dua opsi yang sedang dipertimbangkan, yaitu melalui Sumur Tujuh dan Zona Hitam, yang masih berada di sekitar lokasi terdampak.
Baca Juga : Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim Imbau Warga Waspada Cuaca Ekstrem Hingga 12 Maret
Butuh Anggaran Rp 24 Miliar, Alternatif Jalan Masih Dibahas
Terkait anggaran, Dedie mengungkapkan bahwa perkiraan biaya perbaikan jalan mencapai Rp 24 miliar. Namun, ia menegaskan bahwa dana tersebut belum dialokasikan untuk pembangunan jalan baru, melainkan untuk menambal jalur lama.
“Ini bukan bagian dari proyek underpass. Pihak Balai Perkeretaapian Jawa Barat ingin berkontribusi menyelesaikan masalah ini dan memperhitungkan biaya sekitar Rp 24 miliar untuk perbaikan jalan lama. Namun, jika di bawahnya memang ada mata air, kita harus pikirkan solusinya agar tidak terjadi longsor lagi,” jelas Dedie.
Sementara itu, jika diperlukan pembebasan lahan untuk pembangunan jalur alternatif, Pemkot Bogor akan mengikuti aturan yang berlaku dalam Peraturan Presiden (Perpres) terkait pengadaan lahan untuk kebencanaan.
Akses Jalan Masih Ditutup
Baca Juga : Wali Kota Bogor Dedie Rachim Pantau Debit Ciliwung, Petugas Siaga di Titik Rawan Bencana
Dedie memastikan bahwa hingga kini, Jalan Batu Tulis masih ditutup karena kondisi longsor yang cukup parah. Pemkot Bogor belum bisa memastikan kapan jalan bisa kembali dibuka, sebab masih menunggu hasil kajian geologi untuk menentukan apakah jalur lama bisa diperbaiki atau perlu dialihkan.
“Kami harus mempertimbangkan solusi terbaik, bukan hanya untuk 1-2 bulan ke depan, tetapi jangka panjang,” tegasnya.
Saat ditanya soal kemungkinan membatasi tonase kendaraan di jalur alternatif, Dedie menegaskan bahwa aksesibilitas bagi masyarakat harus tetap diperhatikan.
“Warga di Kelurahan Cipaku, Kertamaya, dan Pamoyanan juga butuh akses transportasi untuk meningkatkan perekonomian mereka. Kita ingin solusi yang tidak membatasi mereka,” pungkasnya.
Kajian geologi akan segera dilakukan dan menjadi dasar bagi kebijakan selanjutnya. Pemkot Bogor berharap ada solusi yang tidak hanya aman, tetapi juga dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat.