Rekam24.com, Bogor – Menteri Sosial Saifullah Yusuf mengungkapkan kisah-kisah haru yang terjadi di Sekolah Rakyat, program pendidikan rintisan untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu. Dalam kunjungannya ke salah satu lokasi sekolah tersebut, Mensos menyampaikan bahwa banyak siswa yang menangis saat waktu makan karena teringat keluarga mereka di rumah.
“Banyak anak yang ketika makan menangis karena ingat orang tuanya. Menangis karena belum tentu di rumah itu sehari bisa makan dua kali. Alhamdulillah, di sini mereka bisa makan tiga kali sehari, dua kali snack. Itu membuat mereka terharu dan merasa kangen dengan orang tua,” ujar Saifullah Yusuf, Kamis 24 Juli 2025.
Mensos menekankan bahwa suasana hangat dan perhatian yang diberikan di Sekolah Rakyat membuat banyak siswa merasa betah, meskipun tetap merindukan keluarga mereka. Kondisi ini turut membangkitkan semangat para guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan untuk memberikan yang terbaik.
Baca Juga : Sekolah Rakyat di Bogor Dimulai, Awal Agustus 2025 Diresmikan Prabowo
“Para kepala sekolah dan guru jadi lebih sabar, punya empati tinggi. Kita bayangkan kalau kita di posisi siswa seperti itu. Semua tenaga pendidik di Sekolah Rakyat harus bisa menjadi motivator, menjadi contoh bahwa masa depan bisa diraih. Sekolah Rakyat adalah harapan mereka,” tambahnya.
Sejak dimulai pada 14 Juli 2025, menurut Mensos, pelaksanaan Sekolah Rakyat secara umum berjalan baik meski masih banyak kekurangan fasilitas dan SDM. Ia menyebut masih ada kekurangan wali asuh, tenaga kebersihan, hingga petugas keamanan, namun semuanya diupayakan untuk dilengkapi secara bertahap.
“Misalnya kebutuhan wali asuh kita 12, tapi baru tersedia 7 atau 8. Tapi semua itu bisa kita lengkapi seiring waktu. Yang penting semangat guru dan kepala sekolah luar biasa tinggi. Dinamika yang ada di lapangan bisa diatasi bersama,” kata Gus Ipul, sapaan akrab Mensos.
Baca Juga : Sekolah Rakyat Gratiskan Hidup dan Pendidikan Anak Kurang Mampu
Terkait kabar adanya beberapa siswa di Temanggung yang memutuskan pulang karena tidak terbiasa jauh dari keluarga, Mensos menjelaskan bahwa hal itu menjadi bagian dari dinamika awal proses adaptasi.
“Ada lima siswa yang pulang, dua di antaranya sudah kembali. Tiga lainnya belum, karena tidak terbiasa jauh dari orang tua. Tapi kami terus menjalin komunikasi dengan orang tuanya. Proses masuk Sekolah Rakyat ini pun dilakukan lewat dialog panjang antara Kemensos, Dinsos daerah, dan orang tua. Semua atas persetujuan mereka,” jelasnya.
Mensos menegaskan bahwa jika ada orang tua yang memutuskan anaknya tidak melanjutkan pendidikan di Sekolah Rakyat, pemerintah tidak akan memaksa. Namun, ia memastikan bahwa masih banyak anak lain yang menunggu untuk bisa masuk ke sekolah tersebut.
Baca Juga : Rektor Unpak Puji Gaya Kepemimpinan Dedi Mulyadi: Inspiratif dan Merakyat
“Di belakang mereka masih banyak yang antre. Kalau ada yang mundur, akan digantikan dengan anak-anak lain yang siap. Jadi secara umum saya bisa katakan, 90 persen siswa, guru, dan kepala sekolah telah berada dalam titik penyelenggaraan Sekolah Rakyat yang baik,” pungkasnya.