Rekam24.com, Bogor – Sejumlah orang tua murid memprotes adanya kenaikan beberapa biaya oleh pengurus Sekolah Islam Terpadu (SIT) Kaifa di wilayah Ciomas, Kabupaten Bogor. Mereka merasa keberatan dengan beban kenaikan tersebut yang dituding keputusan sepihak dari sekolah.
“Yang pertama soal perubahan biaya sekolah yang sudah berjalan biasayanya kalau biaya itu flat, kalau ada perubahan itu kan harusnya didiskusikan dulu tapi ini langsung tiba-tiba keluar keluar biaya yang ada unsur kenaikan dan ada tambahan baru,” kata salah satu orang tua siswa, Sutrisno kepada wartawan, Selasa (25/2/2025).
Adapun kenaikan biaya yang paling berat dirasakan terkait pembelian buku paket yang mencapai Rp 2 juta. Juga ada biaya sebesar Rp 300 ribu yang harus dibayarkan setiap bulan untuk berbagai kegiatan para murid selama satu tahun.
Baca Juga : Kejagung Tetapkan 7 Tersangka Korupsi Minyak Mentah Pertamina, Kerugian Negara Capai Rp193,7 Triliun
“Terus ada uang eskul itu wajib padahal seharusnya kegiatan eskul itu tidak wajib dan kurikulum digitalisasi yang gam ngomong ke kami, terus berbayar lagi padahal kami keberatan,” ungkapnya.
Yang lebih mengecewakan, seluruh perubahan biaya itu diakui bahwa orang tua murid tidak dilibatkan. Dengan begitu, mereka meminta kepada pihak sekolah untuk membatalkan kebijakan tersebut.
“Alhamdulilah dari berita acara kesepakatan yang kamu buat sudah ditandatangani, tinggal realisasinya. Terutama yang laporan keuangan kita kasih waktu untuk tiga bulan,” terangnya.
Baca Juga : SMP Mardi Waluya Cibinong Beri Sanksi Tegas atas Insiden Pemukulan di Pertandingan Basket
Sementara itu, Direktur SIT Kaifa Vientyani Kartika membenarkan bahwa kedatangan orang tua murid itu terkait kegelisahan adanya kenaikan biaya. Meskipun, surat edaran terkait kenaikan biaya itu sebetulnya belum resmi dikeluarkan oleh pihak sekolah kepada orang tua murid.
“Menyampaikan kegelisahannya karena mereka bilang terlalu banyak berinovasi meminta pembayaran buku paket sebesar Rp 2 juta walaupun saya bilang bisa dicicil. Karena saya harus PO pesan buku, karena saya ingin kurikulum Kaifa ke depan 2025-2026 ada transformasi digital,” kata Vientyani.
Lalu, terdapat pula kenaikan biaya eskul dari Rp 120 ribu menjadi Rp 150 ribu. Kenaikan ini sedianya bertujuan untuk menyamakan biaya dari berbagai jenis eskul seperti panahan, berkuda, berenang dan lainnya.
“Subsidi silang, tapi kata-kata itu menjadi tidak diterima oleh orang tua siswa,” terangnya.
Baca Juga : Final Liga 2 Dipastikan Akan Menggunakan VAR
Selain itu, ada pula uang iuran sebesar Rp 300 ribu yang harus dibayarkan orang tua murid untuk berbagai kegiatan selama satu tahun dan digitalisasi sistem. Meski begitu, pihaknya mengabulkan semua keinginan orang tua murid agar sekolah membatalkan edaran tersebut.
“Saya menandatangani surat yang sebetulnya belum resmi kita edarkan. Tetapi bagi saya mereka setuju tidak setuju, kami semua di Kaifa akan memperjuangkan agar program ini tetap berjalan. Mau orang tua setuju tidak setuju, intinya mah mereka gak mau naik (bayaran) yasudah kita kabulkan. Jadi kami tandatangan surat yang diminta sama mereka untuk membatalkan surat yang memang belum resmi kami edarkan,” pungkasnya.