Rekam24, Bogor – Warga Gang Makam, RW 05 Kelurahan Cilendek Barat, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor dikejutkan dengan ditemukannya tahun pembuatan Jembatan Irigasi Zaman Belanda.
Temuan tersebut diketahui paska terjadinya longsor susulan yang menyebabkan 10 kepala keluarga dan 31 jiwa terdampak longsor karena rumahnya terkikis oleh aliran Sungai Cidepit hingga menyebabkan longsor.
0
Jembatan yang memiliki panjang kurang lebih 10 meter dengan luas kurang lebih satu meter tersebut sangat khas dengan arsitektur bangunan belanda dengan pondasi bebatuan kali dan membentuk seperti hong di bawah jembatan sebagai lintasan air.
Ketua RW 05 Cecep Saefuloh mengatakan sejak lama warga telah mengetahui jembatan tersebut merupakan jembatan zaman belanda.
Namun tidak diketahui pasti kapan dibangunya.
Namun pasca terjadi longsoran ketika dicek ke bawah terlihat pada dinding jembatan ada tulisan 1881 sama persein dengan tulisan yang ada di Stasiun Bogor yang merupakan sebagai pertanda dibuatnya bangunan tersebut.
“Iya pas dicek ternyata 1881, bangunan zaman Belanda itu bangunan irigasi,” kata Cecep, Senin (12/2/2024).
Jika dilihat dari tahun pembuatanya jembatan ini lebih tua usianya dari Jembatan Bendung Katulampa di Bogor Timur yang mulai dibangun pada 1889 paska terjadinya banjir besar di Jakarta pada 1872 yang kemudian Bendung Katulampa ini difungsikan pada tahun 1911.
Menurut sepengetahuan Cecep irigasi ini berfungsi mengaliri persawahan, perkebunan dan perikanan di wilayah Semplak dan sekitarnya hingga ke Bantar Kambing dan wilayah lainya di Kabupaten Bogor dan juga berfungsi sebagai pengendali banjir Jakarta sebab sungai ini merupakan perpecahan antara Sungai Ciliwung dan Cisadane.
“Jadi fungsinya sebagai irigasi saluran air untuk ke kanan yang ada kali kecil larinya air itu disitu, dulunya daerah situ ada pertanian dan perkebunan nah setelah perjalanan jaman kemudian berubah menjadi perikanan saja di atas itu, walaupun masih ada juga pertanian tapi di wilayah Kabupaten Bogor,” katanya.
Dilihat dari berbagai literasi penelitian perguruan tinggi disebutkan nama Cilendek juga memiliki hubungan dengan nama aliran sungai Cidepit.
Cilendek sebetulnya adalah singkatan beberapa kata yang artinya sebagai berikut :
Ci : Artinya sungai seperti kita ketahui bahwa kelurahan cilendek barat dialiri beberapa sungai antara lain sungai Cisadane, Cibanen, Cidepit, Ciangke dan Cileho.
Len : Artinya dari bahasa belanda len yang berarti jalan, karena pada zaman dulu selain jalan raya Bogor jakarta ( Cibinong ) terdapat Jalan raya Parung Yang melintasi wilayah Cilendek yang juga merupakan jalan protokol untuk menuju ibu kota Jakarta
Dek : Artinya kependekan dari kata Pendekar karena pada saat itu Cilendek Sebagai wilayah atau salah satu pintu gerbang antara Bogor dan Jakarta.Cilendek pada jaman dulu terbagi menjadi 7 Wilayah perkampungan.
Senda dengan yang dikatakan Cecep dalam literasi juga disebutkan Kali Cidepit dibuat untuk kesejahteraan petani yang berada di bagian utara Bogor mulai kampung Sindangsari hingga ke daerah Semplak mengalir merambah daerah persawahan melalui irigasi yang diatur rapi.
Namun sangat disayangkan, minimnya perhatian dari instansi terkait membuat aliran ini tak terawat sehingga terjadi pendangkalan yang cukup parah hingga menutup sebagian saluran air.
“Kemudian itu ditutup diambil dari kali Cidepit. Karena disitu banyak endapan tanah dan sampah sehingga meninggilah dasar sungai itu sampai masuk ke lobang untuk pengairan itu. Jadi pengairannya sekarang hanya satu dari Cidepit,” katanya.
Keberadaan irigasi ini lanjut Cecep sangat penting bagi para petani.
Bahkan ketika terjadi longsor pada 4 Februari lalu beberapa pemilik tambak ikan, sawah dan perkebunan datang ke Gang Makam untuk melihat kondisi air karena air tak mengalir.
“Jadi ini airnya terus mengalir sampai ke Kabupaten Bogor. Makanya dua hari paska longsor itu pertanian dan perikanan datang kesini, dikiranya ditutup padahal kan seperti ini memang longsor,” ujarnya.
Sementara itu di lokasi terpisah Kepala Disparbud Kota Bogor Iceu Pujiati mengatakan bahwa keberadaan jembatan tersebut belum masuk ke dalam database benda cagar budaya yang ada di Disparbud.
“Kami sudah cek , memang jembatan tersebut blm masuk dalam data kami,” katanya.
Namun kedepan kata Iceu akan dilakukan inventarisir untuk memastikan data yang valid terkait jembatan itu.
“Intinya jembatan itu blm terdata sebagai cagar budaya, kemudian tindak lanjutnya kami akan dikomunikasikan dengan TACB . Karena dikatakan sebagai cagar budaya itu sesuai aturannya harus dikaji terlebih dahulu oleh TACB , setelah ada hal kajian dari TACB baru ditetapkan,” katanya.