Rekam24.com – Rumah Bambu Jatnika yang terletak di Kabuyutan Muaraberes, Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, dikenal dengan produk-produk bambu berkualitas tinggi yang telah mendunia.
“Tempat ini merupakan salah satu warisan budaya Sunda yang berada di Bogor, dan hingga saat ini masih dijaga dan dilestarikan oleh salah seorang tokoh dan juga budayawan Abah H. Jatnika,” kata calon wakil bupati Bogor Ade Ruhandi, atau akrab disapa Jaro Ade, pada Kamis (24/10/2024).
Pohon bambu dianggap sangat penting, dengan banyak manfaat bagi kehidupan. Jaro Ade pun berharap lahan bekas tambang di Kabupaten Bogor dapat ditanami pohon bambu.
“Saya akan berkoordinasi dengan para pemilik lahan tambang di Kabupaten Bogor yang sudah tidak terpakai, termasuk lahan tambang milik Antam yang sudah tidak terpakai. Kita wajibkan agar ditanami pohon bambu,” ujarnya.
Sementara itu, Abah H. Jatnika Nanggamihardja, pemilik Rumah Bambu Jatnika, menyebutkan bahwa bambu harus menjadi sumber daya alam penting untuk masa kini dan masa depan Indonesia.
“Solusi yang dihasilkan dari bambu tidak saja soal ekologi, namun juga ekonomi dan sosial. Tinggal persoalannya adalah bagaimana komitmen dan kompetensi yang harus dibangun oleh negara, pemerintah dan masyarakat,” ujar Abah Jatnika.
Baca Juga : Misteri Wisata Terbengkalai: Dari Tempat Favorit Menjadi Lokasi Angker di Indonesia
Menurut Abah Jatnika, bambu memberikan sejuta manfaat bagi manusia, mulai dari pembangunan rumah dan peralatan rumah tangga hingga pelestarian lingkungan.
“Apa yang tidak bisa dibuat dengan bahan dasar bambu? Bahkan saya membuat sepeda pun dari bambu dan itu laku dipasaran internasional,” katanya sambil menunjukkan tiga sepeda berbahan bambu.
Abah Jatnika juga menyebut bahwa bambu adalah bagian dari identitas Nusantara, karena Tuhan telah menentukannya bagi bangsa ini.
Baca Juga : Menjelajahi Sejarah dan Budaya di Bogor: 7 Museum Edukatif untuk Anak-anak
“Jika negeri ini tidak mau dijajah oleh bangsa lain, diselamatkan dari bencana, dan dijauhkan dari penyakit menular, maka tanamlah pohon bambu. Kita jangan melupakan sejarah bahwa kita melawan para penjajah hanya dengan bambu runcing,” tegasnya.
Selain itu, menurutnya, bambu masih sering digunakan untuk membangun villa, restoran, dan rumah makan pada masa kini.
“Terakhir, kami menjadi juara satu saat festival bambu di Tokyo, Jepang, dengan membuat konstruksi rumah dari bambu tanpa paku setinggi 12 meter dan panjang 30 meter dalam waktu 4 jam,” jelasnya.
Abah Jatnika berharap Kementerian Kebudayaan lebih serius memperhatikan yayasan bambu di Indonesia, dengan memperbanyak pemberdayaan serta pelatihan bagi masyarakat untuk berkreasi menggunakan bambu.
“Saya punya filosofi, serumpun bambu sejuta makna, serumpun bambu berjuta manfaat, serumpun bambu sejuta karya, serumpun bambu sejuta pesona dan serumpun bambu memukau dunia,” tutupnya.