Rekam24.com, Aceh – Langkah kaki penuh harap melintas di atas Jembatan Teupin Mane yang menjadi akses penghubung dari Kabupaten Bireuen ke wilayah tengah atau pegunungan Aceh.
Deru mesin kendaraan membawa logistik terdengar hilir mudik sehingga distribusi bantuan bisa dipercepat.
Jmbatan bailey atau rangka baja portabel dibangun tanpa mengenal waktu dan lelah.
Semua tenaga pikiran dicurahkan untuk warga disana.
Baca Juga : Bangun Kekompakan dan Semangat Kerja, Atha Katering Gelar Family Gathering Penuh Kebersamaan
Jembatan Teupin Mane merupakan gerbang menuju wilayah tengah Aceh dari arah Bireuen yang putus akibat dihantam banjir bandang saat bencana ekologis melanda Aceh, 26 November 2025.
Nurhayati, warga setempat, mengapresiasi pihak-pihak yang telah bekerja memperbaiki Jembatan Teupin Mane, sehingga kedua sisinya kembali terhubung.
“Terima kasih, Pak Presiden. Alhamdulillah, saya bisa pulang karena sudah 20 hari menginap di rumah saudara akibat jembatan terputus. Terima kasih Pangdam dan seluruh jajaran TNI yang bekerja sama memperbaiki jembatan ini,” katanya.
Baca Juga : IBI Kesatuan Bogor Dorong Petani Muda Go Digital Lewat Program PKM di Cariu
Senada juga disampaikan Suci Rahayu, warga lainnya. Ia menyampaikan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto.
“Terima kasih Pak Presiden. Jembatan sudah jadi, kami bisa lewat, semua kami senang. Terima kasih atas bantuan dan perhatiannya, jadi sekarang kami bisa lewat ke sana, dan yang ke sana bisa juga ke sini,” kata Suci Rahayu.
Ketua Mukim Juli Selatan, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, Zainuddin mengatakan aktivitas masyarakat di kawasan tersebut kembali normal setelah sebelumnya terkendala dengan putusnya Jembatan Teupin Mane akibat banjir bandang pada akhir November 2025.
Baca Juga : Raisa dan Hamish Daud Resmi Berpisah, Perceraian Diputus Secara Verstek
“Aktivitas masyarakat di Juli Selatan kembali normal. Sejak Jembatan Teupin Mane putus, kegiatan masyarakat menjadi terhambat,” kata Zainuddin yang dihubungi dari Banda Aceh, Senin.
Ia menyebutkan sejak jembatan menghubungkan Kabupaten Bireuen dengan Kabupaten Bener Meriah tersebut putus, aktivitas masyarakat di kawasan Mukim Juli Selatan terhambat.
Masyarakat, kata dia, terpaksa menyeberang menggunakan keranjang besi yang dikaitkan dengan kabel baja jika hendak ke kota Bireuen, ibu kota kabupaten. Penyeberangan ini juga berisiko karena arus Krueng (sungai) Peusangan yang deras.
Selain aktivitas masyarakat, kata dia, terbukanya akses transportasi darat tersebut dapat memperlancar distribusi bantuan bagi korban bencana di kawasan Juli Selatan hingga Kabupaten Bener Merah.
Zainuddin menyebutkan di kawasan Mukim Juli Selatan ada sebanyak 12 gampong atau desa terdampak bencana banjir bandang dengan pengungsian di sejumlah titik.
“Walau jalur darat ke Kabupaten Bener Meriah belum lancar karena banyak titik jalan longsor, tetapi akses bantuan bisa dipercepat, walau dengan putus sambung angkutan,” kata Zainuddin yang akrab disapa Apa Din.










