Rekam24.com, Bogor – – Perayaan Hari Tempe Nasional (HARTEMPENAS) yang jatuh setiap 6 Juni, tahun ini digelar lebih meriah dan penuh makna di Hotel Salak Heritage, Kota Bogor, Sabtu (14/6). Peringatan tahun ini diwarnai semangat syukur setelah Pemerintah Indonesia secara resmi mengajukan Budaya Tempe sebagai nominasi Warisan budaya Tak Benda ke UNESCO, melalui Kementerian Kebudayaan pada Maret 2025.
Puncak peringatan HARTEMPENAS 2025 dirangkai dengan kegiatan Rembug Budaya Tempe, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, pakar gizi, budayawan, pengrajin tempe, LSM, hingga pelaku industri tempe dari berbagai wilayah.
“Luar biasa momentum HARTEMPENAS tahun ini dengan Rembug Budaya Tempe yang digagas bersama oleh stakeholder Tempe seperti Forum Tempe Indonesia (FTI), PERGIZI PANGAN Indonesia, GAKOPTINDO, YAMMI, FKS Group, dan USSEC Indonesia. Ini menunjukkan kepedulian terhadap produksi tempe yang higienis serta globalisasi budaya tempe,” ujar Ketua Umum FTI, Prof Dr Hardinsyah, MS.
Prof Hardinsyah mengungkapkan, pengajuan Budaya Tempe ke UNESCO bukanlah langkah instan, melainkan hasil perjuangan panjang yang dimulai sejak satu dekade lalu.
“Inisiasi pengajuan Budaya Tempe sebagai Warisan Budaya Tak Benda ke UNESCO sudah dimulai sejak 2014. Perjuangan kami bersama berbagai organisasi dan pegiat tempe kini telah diterima oleh pemerintah dan diajukan ke UNESCO. Kita berharap penetapannya akan dilakukan pada sidang UNESCO di tahun 2026 mendatang,” ungkapnya penuh harap.
Sementara itu, Ketua Umum GAKOPTINDO, Aip Syarifuddin, menekankan pentingnya rembug ini sebagai ruang dialog dan aspirasi bagi para pengrajin tempe di Indonesia.
“Hampir di seluruh pasar di Indonesia pasti ada penjual tempe. Ada sekitar 170.000 pengrajin tempe aktif, bahkan ekspor pun sudah berjalan. Rembug Budaya Tempe ini akan kami rumuskan menjadi rekomendasi resmi kepada pemerintah, sebagai upaya pelestarian warisan leluhur dan mendorong tempe menjadi simbol diplomasi budaya Indonesia di kancah global,” jelasnya.
Rembug Budaya Tempe dipandu oleh Prof Alie Humaedi, Kepala Pusat Riset Kesejahteraan Sosial, Desa, dan Konektivitas BRIN sekaligus Komisi Budaya FTI. Diskusi dibagi dalam tiga sesi, masing-masing membahas, Tempe dalam Diplomasi dan Promosi Kebudayaan di Kancah Internasional, Transmisi Budaya Tempe dari Generasi ke Generasi, Tantangan dan Peluang Budaya Tempe di Level Nasional dan Internasional
Perayaan HARTEMPENAS tahun ini menjadi momentum penting dalam perjalanan panjang tempe bukan hanya sebagai pangan rakyat, tetapi juga sebagai identitas budaya bangsa yang siap mendunia.