Trem di Kota Bogor: Jalan Sempit Jadi Tantangan

Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengingatkan agar rencana tersebut dilakukan secara bertahap dan tidak mengulang kesalahan masa lalu

Rekam24.com, Bogor – Wacana pengoperasian trem di Kota Bogor kembali mencuat. Namun, Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengingatkan agar rencana tersebut dilakukan secara bertahap dan tidak mengulang kesalahan masa lalu.

Djoko mengungkapkan, keinginan menghadirkan trem di Bogor sebenarnya sudah muncul sejak lama. Sayangnya, pada masa lalu Indonesia kerap ditawari trem bekas dari Belanda yang teknologinya sudah usang.

“Dulu itu kan Belanda tremnya dibuang, dibuang ke Indonesia. Tapi enggak ada yang mau karena teknologinya teknologi usang,” kata Djoko.

Kini, menurutnya, situasinya berbeda. Teknologi trem sudah jauh berkembang dan bahkan bisa diproduksi di dalam negeri dengan sistem baterai.

“Sekarang saya tahu itu produk inkam, buat trem sendiri, pakai baterai, bagus lah. Kalau Bogor mau ya enggak apa-apa untuk dicoba,” ujarnya.

Djoko menilai, uji coba trem sebaiknya dilakukan dalam jarak pendek terlebih dahulu, sekitar 490 meter di kawasan dalam kota, misalnya di sekitar taman. Adapun rencana lintasan sepanjang 6–7 kilometer dinilai masih perlu kajian matang.

“Kalau di jalan umum itu masih berisiko. Karena trem ini jalan di jalan umum,” jelasnya.

Ia juga menyoroti persoalan status jalan di Kota Bogor. Jika trem melintas di jalan nasional, maka dibutuhkan izin dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

“Kalau jalan nasional biasanya agak kesulitan. Dilihat saja markanya, kalau kuning itu jalan nasional,” katanya.

Menurut Djoko, keberadaan trem di jalan umum akan memengaruhi perilaku pengguna jalan, terutama pengendara sepeda motor.

“Trem itu kan di jalan, sementara banyak pengemudi motor. Itu jadi persoalan. Mungkin nanti motor enggak boleh lewat situ, harus ada kebijakan lainnya,” tegasnya.

Meski begitu, Djoko menilai trem tetap berpotensi membantu mengurai kemacetan karena merupakan angkutan umum massal. Ia juga mengingatkan bahwa sejarah trem di Indonesia justru lebih tua dibanding Belanda.

“Trem pertama itu bukan di Belanda, tapi di Jakarta. Dulu pakai kuda. Di Belanda sekarang cuma ada di tiga kota: Amsterdam, Rotterdam, dan Den Haag,” ungkapnya.

Djoko menekankan, kunci keberhasilan trem di Bogor terletak pada tahapan yang realistis dan edukasi masyarakat agar mau beralih ke transportasi umum.

“Ini satu proses. Yang bagus itu produknya dalam negeri. Kalau berhasil, bisa diterapkan di kota-kota lain,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *