Rekam24.com, Bogor – IPB University menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Pengembangan Kawasan Puncak yang Berkelanjutan: Melestarikan Kawasan Puncak dan Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Regional”, di Bogor.
Forum ini mempertemukan para pakar lintas disiplin, akademisi, serta pelaku usaha untuk membahas arah tata kelola Kawasan Puncak agar seimbang antara kepentingan ekologi, ekonomi, dan sosial secara berkelanjutan.
Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, memiliki peran strategis ganda—sebagai kawasan konservasi lingkungan sekaligus destinasi wisata nasional.
Baca Juga : Fadli Zon Akan Bangun Prasasti Batu Tulis dan Bumi Ageung Jadi Museum
Wilayah ini berstatus sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), yang memungkinkan pengembangan wisata berbasis ekologi selama tetap menjaga fungsi konservasi.
Namun, FGD menyoroti masih adanya tumpang tindih kewenangan dan ketidaksinkronan regulasi antara pemerintah pusat dan daerah, yang menyebabkan ketidakpastian hukum bagi pelaku usaha dan investor.
Para peserta menilai, perlu langkah penyelarasan kebijakan yang lebih terintegrasi untuk menjaga keberlanjutan kawasan tersebut.
Baca Juga : Kemenbud Bantu Perbaiki 50 Museum dan Sanggar Se Indonesia
Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, Prof. Dr. Sofyan Sjaf, menegaskan bahwa pembangunan di Kawasan Puncak tidak hanya soal investasi, tetapi juga perlindungan ekosistem dan pemberdayaan masyarakat.
“Kawasan ini harus menjadi contoh sinergi antara ekologi dan ekonomi. Kita perlu membuktikan bahwa pembangunan bisa berjalan tanpa merusak alam,” ujar Prof. Sofyan.
Salah satu contoh yang dibahas dalam forum ini adalah EIGER Adventure Land di kawasan Megamendung, hasil kemitraan antara PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan sektor swasta.
Baca Juga : Langit Puncak Bogor Jadi Jalur Emas Migrasi Raptor, Burung Indonesia Ajak Warga Amati Burung Pemangsa
Destinasi ini dianggap menjadi model ekowisata berkelanjutan yang menerapkan prinsip 5P (People, Planet, Prosperity, Peace, Partnership) dan 7E (Ekologi, Etnologi, Ekonomi, Edukasi, Estetika, Etika, Entertainment).
Secara lingkungan, EIGER Adventure Land menjalankan program “One Ticket One Tree”, yang menargetkan penanaman satu juta pohon serta pembangunan sumur resapan dan kolam retensi untuk meningkatkan daya serap air.
Sejak 2021, PTPN dan mitra telah menanam lebih dari 96.000 pohon di hulu DAS Ciliwung sebagai bagian dari upaya rehabilitasi vegetasi berkelanjutan.
Baca Juga : SMK di Tanah Sareal Terbakar Dini Hari, Diduga Akibat Korsleting Listrik
Dari sisi sosial-ekonomi, proyek ini menciptakan lebih dari 400 lapangan kerja pada fase pembangunan dan sekitar 1.200 tenaga kerja saat operasional penuh.
Selain itu, mereka juga menggandeng UMKM lokal dan mempromosikan budaya Sunda melalui pusat kebudayaan serta jalur wisata edukatif.
FGD juga menyinggung perlunya peninjauan ulang terhadap pencabutan izin sejumlah pelaku usaha di kawasan Puncak, termasuk EIGER Adventure Land.
Para ahli menilai langkah pencabutan tersebut berpotensi tidak sesuai prosedur sebagaimana diatur dalam Pasal 48 Permen LHK 14/2024 dan UU 30/2014.
Para pakar hukum dan lingkungan sepakat bahwa solusi yang lebih konstruktif adalah rencana aksi perbaikan (Corrective Action Plan), bukan pencabutan izin, selama tidak ditemukan pelanggaran berat terhadap lingkungan.
Dari hasil diskusi, forum ini merumuskan tiga rekomendasi utama bagi pengelolaan Kawasan Puncak ke depan, yaitu:
Harmonisasi Kebijakan dan Kepastian Izin
Sinkronisasi mandat KSPN dengan perizinan lingkungan dan tata ruang agar pelaku usaha memperoleh kepastian hukum.
Perizinan Berbasis Kinerja Lingkungan Regulasi perlu memberi ruang bagi pelaku usaha yang menjaga keseimbangan ekologi, sosial, dan ekonomi.
Kewajiban Sosial-Ekonomi yang Terukur Setiap investasi wajib disertai komitmen nyata bagi masyarakat lokal, termasuk kemitraan dengan UMKM dan penyerapan tenaga kerja daerah.
FGD ini menegaskan bahwa menjaga Kawasan Puncak bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga panggilan bersama seluruh pihak.
“Di balik hijaunya lereng dan sejuknya udara Puncak, tersimpan tanggung jawab besar untuk merawat sumber kehidupan yang memberi manfaat bagi jutaan orang,” ujar Prof. Sofyan menutup sesi diskusi.
Melalui kemitraan tulus antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat, IPB University berharap Puncak terus tumbuh sebagai kawasan yang lestari, berbudaya, dan berdaya ekonomi, menjadi teladan nasional pengelolaan ekowisata berkelanjutan.










