Rekam24.com, Bogor – Di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap praktik penambangan ilegal di kawasan konservasi, hadir sebuah contoh nyata investasi hijau yang membawa harapan baru.
Di Megamendung, Kabupaten Bogor, EIGER Adventure Land menjadi bukti bahwa transformasi dari konflik agraria menuju ekowisata berkelanjutan bukan sekadar wacana, tetapi langkah nyata yang berdampak bagi lingkungan dan masyarakat.
Baru-baru ini, di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, ditemukan 411 lubang penambangan emas tanpa izin (PETI) yang tersebar di tujuh titik konservasi.
Temuan ini menjadi alarm bahaya atas rusaknya ekosistem, meningkatnya risiko longsor dan banjir, serta pentingnya penerapan prinsip ekonomi hijau dalam tata kelola sumber daya alam.
Baca Juga : Sedot Tinja Taman Se-Kota Bogor, Perumkim Kucurkan Anggaran 21 Juta
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menegaskan bahwa arah pembangunan nasional kini berfokus pada ekonomi hijau dan biru—yakni pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berpihak pada kemandirian bangsa.
“Untuk mewujudkan visi ini, kami mendorong optimalisasi sumber daya alam secara berkelanjutan, memperkuat kedaulatan negara, serta melindungi lingkungan hidup,” ujar Hanif Faisol.
Kisah di Megamendung menjadi contoh nyata dari visi tersebut. Lahan negara yang sempat dikuasai secara ilegal kini berubah menjadi kawasan wisata edukatif dan ekologis melalui kehadiran EIGER Adventure Land. Kawasan yang dulu rusak dan penuh sengketa kini disulap menjadi ruang konservasi, wisata, dan pemberdayaan masyarakat.
Baca Juga : Sedot Tinja Taman Se-Kota Bogor, Perumkim Kucurkan Anggaran 21 Juta
Camat Megamendung, Ridwan, menjelaskan bahwa sebelum adanya investasi ini, kawasan tersebut mengalami penggundulan dan sengketa lahan.
“Dulu dua masalah besar terjadi: kebun teh dan hutan rusak, serta tanah negara diserobot. Tapi sejak hadir EIGER Adventure Land, konflik itu berakhir. Kini tidak ada lagi laporan sengketa,” katanya.
Ridwan menambahkan, investasi hijau ini membawa empat dampak positif utama:
Baca Juga : Pemkab Bogor Rancang Penataan Simpang Ciawi, Akan Bangun Terminal Tipe B
Tanah negara kembali ke fungsi semula,
Kawasan gundul direboisasi,
Investor berkontribusi pada negara, dan
Warga memperoleh lapangan kerja.
“Yang paling penting, mereka peduli lingkungan. Sungai Cisukabirus kini tetap bersih dan tidak lagi banjir, meski ada pembangunan,” tambahnya.
Sejak pembangunan dimulai pada 2021, EIGER Adventure Land telah menanam lebih dari 100.000 pohon, 8 juta tanaman semak dan penutup tanah, serta membangun 5 kolam retensi dan 205 sumur resapan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Pola investasi ini juga sejalan dengan kebijakan Presiden Prabowo Subianto dalam program hilirisasi dan penyerapan tenaga kerja.
Baca Juga : Pemkab Bogor Rancang Penataan Simpang Ciawi, Akan Bangun Terminal Tipe B
“Hilirisasi investasi di sini salah satunya melalui penyerapan tenaga kerja warga sekitar. Itu membantu mengurangi pengangguran,” jelas Ridwan.
Salah satu warga lokal, Atang (70) dari Desa Sukagalih, menjadi saksi perubahan itu.
“Saya diajari cara menanam dan merawat tanaman. Pohon yang saya tanam tiga tahun lalu sekarang sudah besar,” ujarnya bangga.
Baca Juga : Sekwan DPRD Fasilitasi Mamin Untuk Rapat Dan Audiensi Bersama Warga
Kini, lebih dari 500 tenaga kerja—termasuk 300 warga lokal—telah dilibatkan, dan akan bertambah hingga 1.200 orang saat proyek beroperasi penuh. Selain menyerap tenaga kerja, EIGER Adventure Land juga menggeliatkan UMKM lokal, meningkatkan pendapatan daerah, dan memperkuat kesadaran lingkungan.
Dosen IPB University, Siti Amanah, menilai EIGER Adventure Land sebagai bentuk kolaborasi multipihak yang ideal.
“Ekowisata ini menyatukan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, media, dan masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan. Dari kawasan konflik menjadi ruang pembelajaran dan kesejahteraan bersama,” ujarnya.
Baca Juga : BRI BO Bekasi Siliwangi Dukung Summarecon Golden Expo 2025
Kehadiran investasi hijau seperti ini menjadi bukti bahwa pembangunan ekonomi tidak harus mengorbankan alam. Megamendung kini menjadi simbol transformasi hijau Indonesia—di mana harmoni antara alam, masyarakat, dan ekonomi bisa berjalan berdampingan.










