Transportasi Masa Depan, Akankah Kota Bogor Bisa Terapkan Trem Berbahan Bakar Hidrogen Seperti Korsel dan China.
Rekam24, BOGOR – Kerusakan lingkungan yang disebabkan dari bahan bakar fosil perlu menjadi perhatian bersama.
Kendaraan listrik yang digadang-gadang sebagai transportasi ramah lingkungan juga tidak luput dari bahaya kerusakan lingkungan yang harus diantisipasi bersama karena produksi listrik yang juga menggunakan batu bara.
Di Kota Bogor saat ini sedang dilakukan upaya pengembangan sistem transportasi yang tujuannya tidak hanya untuk memperlancar arus lalu lintas, keamanan dan kenyamanan bagi warganya tapi juga bentuk kepedulian untuk meminimalisir global warming dengan konsep green city melalui smart city penerapan transportasi ramah lingkungan.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim mengatakan diperlukan upaya yang tidak mudah dalam mewujudkan itu namun perlu ditempuh mulai saat ini untuk keberlanjutan kota di masa depan.
“Karena tantangan kita ini antara kemajuan teknologi dan kerusakan alam lingkungan ini hampir sama cepatnya,” ujar Dedie Rachim saat menjadi pembicara dalam diskusi publik smart city.
Penggunaan mobil listrik lanjut Dedie Rachim sebagai upaya awal untuk efisiensi bahan bakar namun perlu langkah yang lebih masif dan kolektif, sebab jika tidak akan terjadi double penggunaan energi bahan bakar.
Dirinya membandingkan penggunaan kendaraan listrik dengan kendaraan berbahan bakar solar, jika kendaran solar memerlukan kurang lebih 1.950 rupiah per kilometer, kendaraan listrik hanya memerlukan 400 rupiah sehingga lebih ekonomis.
Namun karena produksi listrik masih menggunakan batu bara maka jika penggunaan mobil listrik tidak dilakukan serentak maka akan ada double penggunaan bahan bakar fosil.
“Artinya memang harus ada kebijakan-kebijakan khusus yang kita rancang sedemikian rupa supaya kemudian pemikiran pemikiran besar penyelamatan bumi dari global warming itu sejalan dengan apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari hari terutama dari sisi kebijakan pemerintah,” katanya.
“Ini yang harus kita sinkronisasi supaya tadi jangan kemudian double, kita pakai listriknya tapi juga kita masih pakai kendaraan berbahan bakar fosil,” tambah Dedie.
Sehingga lanjut Dedie diperlukan langkah-langkah dramatis yang betul-betul bagaimana masa depan kota bisa diselamatkan untuk generasi mendatang.
Di Kota Bogor, penataan transportasi juga disinergikan dengan tiga proyek strategis nasional yaitu TOL BORR, LRT dan Double Track Bogor-Jogja.
“Sehingga kami mulai dengan bagaimana merubah masa depan transportasi Kota Bogor dengan pola mobility masyarakat yang lebih smart dengan tram,” katanya.
Progres rencana pengembangan tram di Kota Bogor saat ini sudah masuk dalam proses mematangkan fosobikities study (FS) dan juga pemetaan aset sebagai pendukung keberadaan tram dalam membangun sarana dan prasarana.
“Jadi aset-aset mana saja milik pemkot dan yang milik pemprov atau pusat atau BUMD di Kota Bogor yang bisa dijadikan TOD. Nah TOD ini adalah bagian bisnisnya bagian mencari keuntungan dari sebuah proses bisnis transportasi yag sebagian besar pelayanan kepada masyarakat,” katanya.
Karena lanjut Dedie, transportasi bagi masyarakat harus efisiensi dan tepat waktu.
“Jadi kita (Pemkot) tidak mencari keuntungan dari bisnis transportasinya, tapi tentu pada saat kita mengajak investor untuk ikut maka kita harus pikirkan bagaimana mereka mendapatkan keuntungan atau semacam pengembalian investasinya. Nah pemetaan itu sudah kita lakukan,” katanya.
Berkaca pada negara-negara di asia, saat ini juga sedang mengembangkan trem.
Namun, trem yang dikembangkan saat ini adalah trem pintar seperti yang sedang di kembangkan oleh Korea Dan Cina.
Bahkan mengutip dari Kantor Berita Antara, Sebuah trem pintar bertenaga hidrogen yang dikembangkan secara independen di China mulai diekspor ke Malaysia langsung dari lokasi produksinya di kota Zhuzhou di Provinsi Hunan, China tengah, pada awal perjalanan ekspornya ke Malaysia.
Dikembangkan oleh CRRC Zhuzhou Electric Locomotive Research Institute Co., Ltd., trem tersebut akan dikirim dari Pelabuhan Shanghai ke Malaysia dalam beberapa hari mendatang.
Menurut perusahaan itu, trem tersebut akan digunakan untuk layanan transportasi perkotaan di Kuching, ibu kota Negara Bagian Sarawak di Malaysia.
Trem pintar ini merupakan moda transportasi pertama yang mengadopsi sistem tenaga energi hidrogen, yang memiliki keunggulan jarak tempuh yang lebih panjang dan waktu pengisian bahan bakar yang lebih singkat, serta hemat energi dan ramah lingkungan.
Angkutan ini telah ditingkatkan melalui desain cerdas yang sesuai dengan kebutuhan Malaysia dalam mencapai sistem transportasi publik nol emisi dan cerdas.
Setibanya di Malaysia, perusahaan itu menambahkan, trem tersebut akan menjalani uji coba di Kuching selama tiga bulan.
Melihat keberhasilan Malaysia apakah Indonesia yang dimulai dari Kota Bogor ini juga akan ikut mengembangkan trem pintar bertenaga hidrogen?
Jika peluang ini bisa diambimaka Kota Bogor yang telah siap dari sisi regulasi dan rencana pembuatan sarana prasarana akan menjadi terdepan.
Namun bila trem yang nantinya akan diterapkan di Kota Bogor ini berbahan dasar listrik atau BBM maka hal itu sama saja kembali ke masa lalu.
Comments 1