Rekam24.com, Bogor – Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) berkolaborasi dengan Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan kegiatan Diseminasi Produk Turunan Kelapa Sawit dan Kunjungan Belajar Inovasi.
Program ini juga mendapat dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Kegiatan yang berlangsung di laboratorium SBRC IPB ini diikuti perwakilan petani, pelaku UMKM, dan koperasi sawit anggota SPKS dari berbagai daerah.
Baca Juga : Satu Tabrakan, Karier Hancur: Kompol Cosmas Menangis di Sidang Etik
Tujuannya, mendorong petani memahami pengembangan produk turunan sawit, adopsi teknologi, serta peningkatan nilai tambah produksi sawit di tingkat pekebun.
Ketua SPKS, Sabarudin, menegaskan bahwa pengembangan produk turunan sawit harus menjadi bagian dari inisiatif sawit berkelanjutan.
“Petani, UMKM, dan koperasi perlu belajar mengadopsi teknologi tepat guna yang dikembangkan lembaga riset, seperti kemitraan dengan SBRC IPB yang kita lakukan saat ini,” ujarnya.
Baca Juga : Sopir Truk Kontainer Kabur Usai Tabrak Gerbang Tol Ciawi
SPKS sendiri, lanjut Sabarudin, dalam tiga tahun terakhir telah melakukan pendampingan dan pelatihan produk turunan sawit seperti keripik jamur sawit, dodol, dan stik umbut sawit.
“Ini bagian dari upaya menambah nilai tambah hasil pekebun,” tambahnya.
Sekretaris SBRC IPB, Dwi Setyaningsih, mengapresiasi kolaborasi ini. Menurutnya, kerja sama menjadi momentum pembelajaran bagi koperasi dan petani dalam melihat potensi pengembangan produk turunan sawit ke depan. SBRC IPB sendiri selama ini aktif menciptakan produk berbasis sawit seperti sabun, hand sanitizer, margarin, dan sabun transparan.
Baca Juga : Disangka Korban Kecelakaan, Pria di Cileungsi Ternyata Bawa 218 Butir Tramadol
Selain produk, SBRC IPB juga terlibat dalam kajian manfaat pengembangan industri biodiesel di Indonesia bersama BPDPKS, termasuk perhitungan emisi gas rumah kaca untuk mendukung energi berkelanjutan.
Di sisi lain, Vincent Haryono, Manager Koperasi Karya Mandiri, mengungkapkan masih banyak tantangan di tingkat UMKM, mulai dari pemasaran yang terbatas, kurangnya branding dan promosi digital, hingga kendala regulasi seperti izin usaha, PIRT, halal, dan BPOM yang biayanya cukup besar.
Kepala Divisi Kerjasama Kemasyarakatan dan UMKM BPDPKS, Hardani Helmy Muhansyah, menambahkan, hasil riset harus bisa diimplementasikan langsung oleh petani dan UMKM.
“Dukungan BPDPKS dilakukan melalui program promosi, pemberdayaan, serta penguatan koperasi dan UMKM sawit untuk meningkatkan kesejahteraan pekebun,” jelasnya.
Sejauh ini, BPDPKS telah berkolaborasi dengan berbagai perguruan tinggi, termasuk ITB untuk pakan ternak berbasis PFAD, dan IPB untuk produk rendang seasoning mix berbahan krimer minyak sawit. Bahkan, pada 2025 BPDPKS telah meluncurkan 100 katalog produk UMKM sawit.