Rekam24.com – Sejumlah nama bakal calon wali Kota Bogor terus menjadi sorotan berbagai pihak, terlebih Sendi Fardiansyah dan juga Aji Jaya.
Nama Sendi Fardiansyah dan Aji Jaya yang menjadi bacalon Wali Kota Bogor itu juga beberapa kali dibahas oleh pengamat politik Yusfitriadi.
Apalagi, baru-baru ini, dua kekuatan politik di Kota Bogor semakin intensif membangun komunikasi politik. Setelah deklarasi KIB disusul intensitas komunikasi PKS dan PDIP Kota Bogor.
Baca juga: Pj Bupati Bogor Tegaskan Tak Segan-Segan Bongkar Warpat Puncak: Sudah Diperingatkan Bongkar Sendiri!
Yus mengatakan, kondisi ini akan semakin mengkristalkan figur-figur yang berpeluang besar diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik dalam Pilkada Kota Bogor mendatang.
Dinamika dan eskalasi dalam pilkada memang tidak serta merta linier dengan dinamika yang terjadi pada pemilu 2024 kemaren.
Sehingga tidak mesti koalisi-koalisi partai dan kekuatan politik yang terjadi pada pemilu 2024 kemaren, harus terjadi juga di Pilkada serentak 2024. Kondisi ini lebih disebabkan dua hal. Pertama, kepentingan lokal.
Relasi dan kepentingan politik di tingkat lokal jelas berbeda dengan relasi di tingkat elit. Sedangkan pilkada langsung akan menyentuh berbagai kepentingan lokal.
Ketika partai-partai mempunyai kepentingan politik yang sama di tingkat lokal, maka akan mudah membangun koalisi. Tidak peduli apakah itu KIM adau KIB atau kekuatan lainnya. Kedua, pilkada sangat ditentukan oleh figur.
Ketika berbicara figur dalam konteks pilkada, maka kita akan bicara tiga hal, yaitu kwalitatif, kwantitatif dan cuantitatif. Kwalitatif bisa dimaknai dengan sejauh mana pengalaman menata pemerintah daerah, bagaiman tingkat ketokohan di tengah-tengah masyarakat dan mempunyai karakter perekat berbagai elemen yang ada di masyarakat.
Baca juga: Sendi Fardiansyah Puji Kepemimpinan Bima Arya di Kota Bogor
Adapun bocara kwantitatif, bagaimana timgkat elektabikitas dan peluang keterpilihan dalam pilkada. Begitupun dengan cuantitatif, menjadi faktor penting dalam pertarungan di pilkada.
Sehingga saya melihat di hampir semua propinsi dan kabupaten atau kota komunikasi politik untuk kepentingan pilkada sangat cair dan tidak terlalu terjebak pada koalisi partai politik ketika pemilu 2024. Makanya itupun terjadi di kota bogor, komunikasi intens dibangun oleh PKS dan PDIP, disitu terlihat bagaimana pilkada memounyai karakteristik lokal.
Namun ketika PDIP dan PKS bergabung dan berkoalisi untuk mengusung pasangan calon di pilkada kota bogor, kemungkinan besar pilkada kota bogor akan diikuti dua pasangan calon, artinua head to head. Karena PDIP sudah memberikan baju kepada rayendra, maka potensi rayendra direkomendasikan PDIP sangat besar.
Sementara PKS sudah memastikan atang yang akan diusung di pilkada kota bogor 2024. Tinggal menyepakati saja siapa calon walikota dan siapa calon wakilnya. Namun jika melihat tingkat elektabilitas sampai saat ini raywndra jauh di atas atang.
Sehingga atang berpotensi menjadi calon wakil walikota pemdamping rayendra. Potensi yang akan bergabung dengan kekuatan PDIP dan PKS ini diantaranya PKB, PPP dan Nasdem.
Baca juga: Pj Walikota Bogor Dalami Keterlibatan Dirut Perumda Tirta Pakuan Dalam Kegiatan Politik Bima Arya
Fraksi kekuatan politik lainya adalah dedie rachim yang sudah msngumpulkan 4 partai pplitik, yakni PAN, Golkar, Demokrat dan PSI. Sedangkan Partai Gerindra saya lihat tinggal nunggu waktu saja untui bergabung aja dengan partai-partai yang sudah mengusung dedie A. Rachim.
Saat ini belum bergabung, karena pandangan saya hanya sedang menaikan posisi tawar untuk menyodorkan calon wakil walikotanya dedie rachim. Sehingga pilihan calon wakil walikotanya dedie rachim pilihannya dari partai gerindra atau partai golkar.
Dan dua-anya saya lihat akan mengusulkan kader internal partai sebagai calon wakil walikota pemdamping dedie rachim.
Rusli dari partai golkar atai zaenal mutaqin dari partai gerindra. Dengan demikian sendi dan aji jaya berpotensi “terlempar” lebih awal dari ring pertarungan pilkada kota bogor.
“Walaupun kalau Sendi masih menunggu keputusan resmi partai gerindra, karena termasuk salah seorang yang dipanggil oleh DPD Partai Gerindra Jawa Barat. Namun saya lihat yang sudah hampir bisa dipastikan saat ini tidak akan masuk “ring” arena pilkada adalah aji jaya, karena hampir semua partai yang sejak awal berharap merekomendasikannya, nampaknya saat ini sudah menutup pintu untuk Aji jaya,” kata dia.