Rekam24.com, Bogor – Di sudut Kelurahan Sempur, Kota Bogor, hidup seorang pria sederhana yang menjadi inspirasi banyak orang berkat dedikasinya terhadap lingkungan. Dialah Pak Rahmat, yang lebih akrab disapa Pak Bahro. Sejak tahun 2007, ia mengabdikan diri tanpa pamrih untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Lahir di Sumedang pada 1954 dan merantau ke Bogor saat remaja, Pak Bahro menjalani hidup dari bawah. Ia pernah menjadi kuli panggul, tukang becak, hingga pedagang di Pasar Anyar. Meski hidupnya sederhana, ia berhasil menyekolahkan ketiga anaknya. Salah satunya bahkan kini menjabat sebagai Direktur Bank Sampah di Kelurahan Sempur.
Kecintaan Pak Bahro terhadap lingkungan bukan datang karena kewajiban, melainkan murni dari hati.
Baca Juga : 2 Fasilitas Joging Track Di Bogor Perlu Perbaikan, Belum Genap 1 Tahun Rubber Sempur Rusak
“Bapak mah memang hobinya bersih-bersih. Kalau lihat kotoran, tangan ini gatel pengen nyapu,” ujarnya sambil tersenyum saat ditemui Rekam24.com pada Jumat 23 Mei 2025.
Tak hanya membersihkan lingkungan sekitar rumah, setiap hari Pak Bahro menyusuri Jalan Raya Sudirman hingga ke Lebak Kantin, bahkan turun tangan membersihkan sampah di sekitar Sungai Ciliwung — semua ia lakukan secara sukarela.

Atas dedikasinya, pada 1 Agustus 2009, ia menerima piagam penghargaan dari Pemerintah Kota Bogor sebagai Tokoh Peduli Lingkungan, yang diberikan langsung oleh Wali Kota saat itu, Diani Budiarto. Warga Kelurahan Sempur juga turut mengapresiasi kiprahnya dengan menjulukinya sebagai “Lokal Hero.” Meski begitu, Pak Bahro tetap rendah hati.
Baca Juga : Duet Profesional di Pilwalkot Bogor 2024, Dokter Rayendra dan Eka Maulana Hebohkan Lapangan Sempur
“Bapak bukan pengen dipuji, emang sudah kebiasaan aja,” katanya.
Kini, di usia 71 tahun, meski fisiknya mulai melemah, semangatnya tetap menyala. Ia masih rutin membersihkan lingkungan dan tak ragu menegur warga yang membuang sampah sembarangan.
“Alhamdulillah sekarang anak-anak juga udah ngerti,” ujarnya bangga.
Pak Bahro berharap generasi muda dapat memiliki kepedulian yang sama.
“Mudah-mudahan ke depan ada anak muda yang punya inisiatif sendiri. Bukan karena disuruh atau karena uang, tapi karena cinta lingkungan.” ujar Pak Bahro.
Kisah Pak Bahro menginspirasi tidak hanya warga, tetapi juga pemerintah. Bahan-bahan seperti pasir dan semen yang ia gunakan untuk memperbaiki jalan sering kali berasal dari kelurahan dan sumbangan warga yang tersentuh oleh ketulusannya.
Ia pun mengapresiasi langkah pemerintah yang mulai menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan.
“Semoga pemerintah makin tajam memperhatikan lingkungan. Seperti Pak Dedi Mulyadi yang turun langsung beresin sungai. Bukan soal politik, tapi keteladanan.”
Di tengah hiruk-pikuk kota, Pak Bahro menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil—dari sapu yang digerakkan oleh hati yang peduli.
(Echa Nur)