Rekam24.com- Bogor memiliki keunggulan komparatif di bidang pertanian dan perkebunan. Karena itu, mestinya petani Bogor lebih serius berorientasi ekspor. Demikian pernyataan Ravindra Airlangga di tengah kunjungannya menemui para petani dan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kecamatan Dramaga, Ciampea, dan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, dalam acara bimbingan teknis seputar pertanian dan perikanan.
Di hadapan ratusan petani dan pelaku usaha mikro dan kecil yang didominasi kelompok millennial itu, Ravindra mengingatkan bahwa Bogor memiliki potensi perkebunan yang sangat besar. Mengacu pada data Badan Pusat Statistik, kata dia, komoditas perkebunan dan pertanian Kabupaten Bogor antara lain kopi, kakao, teh, tanaman hias, juga produk pertanian lainnya.
Ravindra menyebut bahwa tahun 2022, total produksinya sekitar 7 juta ton secara keseluruhan. Dan angka ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu produksi perkebunan unggulan Bogor, lanjutnya, adalah kopi jenis robusta. Tahun 2021, sebanyak 4 ribu ton biji kopi diproduksi dari daerah ini.
“Bogor sangat penting karena merupakan penyangga utama Jabodetabek. Banyak pangan dan bahan baku industri makanan yang disupply oleh Kabupaten Bogor. Sehingga Bogor memiliki keunggulan komparatif di bidang pertanian dan perkebunan,” kata Anggota DPR RI Komisi IV dari Fraksi Partai Golkar Daerah Pemilihan Jawa Barat V yang meliputi Kabupaten Bogor, kepada wartawan, Sabtu (30/09/23).
Ravindra mengingatkan bahwa Indonesia pernah menjadi produsen tebu terbesar di dunia. Itu terjadi tahun 1930-an. Hal itu terjadi salah satunya karena penggunaan bibit yang sesuai, yakni bibit POJ 878. Dengan bibit itu, produksi tebu bisa mencapai 12 ton perhektar. Sekarang hanya sekitar 5 ton perhektar. Ada penurunan produktifitas lebih dari 50 persen.
“Seharusnya tambah lama tambah berkembang. Sekarang, kata dia, Indonesia menjadi importir gula. Padahal dulu adalah eksportir,” jelasnya.
Ada tiga hal, menurut Ravindra, yang bisa dilakukan agar pertanian dan perkebunan bisa meningkatkan produksi. Pertama, melakukan cost maintenance. Biaya harus bisa dijaga, namun hasil tetap bisa optimal. Salah satu solusinya, menurut Ravindra, adalah menggunakan bibit bersertifikat. Penggunaan bibit unggul dan bersertifikat, menurut kajian yang dilakukan oleh Ravindra, bisa meningkatkan produksi sekitar 30 persen lebih banyak dari penggunaan bibit non-unggulan.
“Dengan usaha yang sama, produktifitasnya lebih tinggi,” jelasnya.
Kedua, mengetahui waktu atau jadwa tanam dan pemupukan. Selain itu juga penting untuk memastikan irigasi yang teratur.
Ketiga adalah perlunya perhatian khusus pada peremajaan. Produktifitas tanaman lama-lama menurun. Karena itu perlu proses peremajaan tanaman dan bibit.
Ditanya soal tujuannya bertemu dengan para petani dan pelaku UMKM itu, Ravindra menjawab.”Saya hadir di tengah-tengah para petani dan UMKM ini sudah sejak lama, mereka meminta agar produksi pertanian dan UMKM yang selama ini berjalan lebih meningkat baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Ke depan para petani perlu berorientasi ekspor. Salah satu caranya adalah berubah dari petani tradisional menjadi petani modern yang melek tekhnologi.” imbuh dia.
Silfa Apriliya (21 tahun) mengaku sangat termotivasi dengan adanya acara ini.
“Saya masih kuliah di UT semester 3, saya usaha produksi rumahan kerudung pasmina yang dibantu 5 orang yang kerja. Menurut saya acara ini sangat berguna ya jadi bagaimana kita bisa tahu cara menembus pasaran ekspor ke luar negri dan sebagainya ” kata Silfa.
Tokoh Kabupaten Bogor, Jaro Ade, yang juga memberi sambutan dalam acara ini menyatakan bersyukur akan adanya acara semacam ini.
“Ini sangat membantu pelaku UMKM dan petani muda untuk meningkatkan pengetahuan seputar ekspor,” jelas Jaro Ade.