Rekam24.com, Bekasi – Apakah Anda menyadari bahwa akhir-akhir ini olahraga lari sedang menjadi topik yang hangat dibicarakan oleh banyak orang? Benarkah kebanyakan orang hanya menjadikan olahraga lari sebagai ajang untuk terlihat keren atau memang mengetahui manfaat dari berlari? Lari merupakan salah satu jenis olahraga dalam cabang olahraga atletik.
Di Indonesia sendiri, olahraga lari dapat dikatakan cukup diminati oleh masyarakat. Berdasarkan hasil survei Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik pada tahun 2021, sebanyak 41,54% orang Indonesia menyukai olahraga lari.
Selain itu, data dari aplikasi Garmin Connect menunjukkan tren lari telah berkembang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Pada Mei 2024, terdapat lebih dari 80 ribu pengguna yang aktif berlari di Indonesia, jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan bulan Mei tahun sebelumnya, yaitu dengan 35 ribu pelari.
Di balik euphoria yang ada, berlari memiliki peran yang esensial dalam mencegah dan menurunkan risiko dari beberapa penyakit, salah satunya adalah Diabetes Melitus (DM) tipe 2.
DM tipe 2 adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat resistensi insulin. Saat seseorang mengalami resistensi insulin, pada dasarnya kadar insulin dalam darah cukup, tetapi sel-sel tubuh tidak dapat menyerap glukosa sebagaimana mestinya.
Kondisi ini menyebabkan penumpukan glukosa di dalam darah sehingga kadar glukosa tubuh berada di atas normal. Resistensi insulin sendiri diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu kelebihan berat badan atau obesitas, kurangnya aktivitas fisik, jarang berolahraga, serta konsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat secara berlebih.
Apabila energi yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak dibandingkan dengan energi yang dikeluarkan, energi berlebih tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak.
Lemak yang berlebih dalam tubuh akan memicu terjadinya resistensi insulin. Menurut International Diabetes Federation, Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan jumlah diabetes terbanyak dengan 19,5 juta penderita di tahun 2021 dan diprediksi akan menjadi 28,6 juta pada 2045. Tentu hal ini harus menjadi perhatian bagi semua orang karena diabetes melitus merupakan “ibu” dari berbagai penyakit lainnya. Olahraga lari memiliki korelasi yang sangat kuat dengan proses pencegahan dari DM tipe 2.
Hal ini disebabkan oleh olahraga lari yang dapat membakar banyak kalori dan membantu penderita diabetes untuk mengendalikan kadar gula dalam darah.
Aktivitas fisik seperti olahraga lari akan membuat tubuh menggunakan glukosa dalam otot untuk diubah menjadi energi.
Hal tersebut menyebabkan kekosongan glukosa dalam otot. Kekosongan yang terjadi menyebabkan otot untuk menarik glukosa dalam darah sehingga kadar glukosa dalam darah akan turun.
Pada pembahasan kali ini, mungkin Anda bertanya-tanya mengapa olahraga lari dapat menjadi alternatif yang paling mudah dilakukan oleh masyarakat luas dalam menjaga kesehatan tubuh, terlebih dalam membantu mencegah DM tipe 2.
Ditinjau dari aspek teknikal, olahraga lari tidak memerlukan keahlian khusus maupun pembelajaran yang mengharuskan pendampingan seorang profesional.
Olahraga lari dapat dilakukan mulai dari masyarakat awam hingga seseorang yang sudah terbiasa untuk melakukan olahraga. Hal ini dapat dibuktikan dari kenaikan angka pelari dalam masyarakat Indonesia.
Ditambah pada era digital seperti sekarang ini sangat mudah untuk mempelajari olahraga lari melalui platform digital atau media sosial. Olahraga lari dapat dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat.
Tidak seperti olahraga yang lain, seperti bersepeda, yoga, permainan bola kecil dan besar, renang, serta olahraga yang memerlukan berbagai alat dan tempat khusus.
Ketika berlari, kita tidak memerlukan alat penunjang ataupun tempat khusus untuk bisa melakukan aktivitas olahraga.
Cukup dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan aman untuk berlari serta sepatu lari. Dari tempat atau venue, olahraga lari tidak memerlukan spesifikasi khusus untuk penggunaan tempatnya.
Anda bisa mulai berlari di sekitar tempat tinggal. Tidak sama seperti renang yang memerlukan kolam renang ataupun basket yang juga memerlukan lapangan basket.
Hal ini menunjukkan bahwa olahraga lari tidak mengharuskan seseorang untuk mengeluarkan budget lebih untuk menyewa tempat olahraga. Sekarang ini pun semakin banyak lapangan lari yang gratis terbuka untuk umum. Oleh karena itu, tidak ada lagi alasan untuk tidak memulai hidup sehat, terkhusus untuk mencegah penyakit DM tipe 2.
Selanjutnya, dibandingkan dengan olahraga lainnya yang dapat menurunkan risiko terkena penyakit DM tipe 2, seperti berenang, bersepeda, yoga, senam, hingga angkat beban, olahraga lari merupakan olahraga yang dapat membakar kalori dalam jumlah yang besar. Dalam satu jam, olahraga lari dapat membakar sekitar 566-839 kalori, sedangkan bersepeda dapat membakar sekitar 498-738 kalori setiap satu jamnya.
Contoh lainnya adalah berenang selama satu jam mampu membakar 546 kalori dan yoga yang mampu membakar kalori sebanyak 250 kalori. Olahraga lari juga berhasil mengadakan berbagai macam event di Indonesia, mulai dari kategori 5K hingga full maraton atau 42.2K.
Tidak hanya sekadar menjadi event yang memiliki dampak bagi aspek kesehatan, tetapi juga bagi aspek ekonomi.
Dengan adanya event maraton, hal ini sekaligus menjadi ajang bagi UMKM untuk turut berpartisipasi dan mempromosikan berbagai macam bentuk usaha yang mereka punya. Dari aspek sosial, para penyuka lari biasanya memiliki komunitas yang juga turut turun ke masyarakat untuk mempromosikan gaya hidup sehat, seperti pada event car free day maupun di dalam ajang maraton itu sendiri. Kekompakan yang ditunjukkan oleh komunitas lari yang ada di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat masyarakat Indonesia yang turut memberi dukungan dan motivasi serta berbagi pengalaman kepada siapa saja yang ingin memulai pola hidup sehat, salah satunya melalui rajin berolahraga.
Oleh karena itu, olahraga lari menjadi salah satu alternatif yang efektif dalam membantu masyarakat untuk mengubah gaya hidupnya. Tidak hanya sekedar olahraga biasa, olahraga lari memiliki keunggulan dari berbagai aspek. Dari hal tersebut, diharapkan masyarakat bisa mempertimbangkan olahraga lari sebagai pilihan untuk memulai gaya hidup sehat dan mencegah Diabetes Melitus (DM) tipe 2.
Nama penulisnya : Adel Demisa Kana, Mahasiswi S1 Kedokteran Universitas Airlangga