Rekam24.com, Bogor — Rangkaian Hari Jadi Bogor (HJB) ke-543 resmi ditutup dengan helaran budaya spektakuler yang digelar malam hari, Sabtu 28 Juni 2025 di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah HJB, pawai budaya diselenggarakan malam hari, menghadirkan suasana meriah yang disambut ribuan warga Kota Bogor.
Namun, bukan hanya parade budaya yang menjadi sorotan, melainkan juga pesan kuat dari Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, yang mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan peringatan HJB sebagai momentum mencintai dan menjaga alam.
Baca Juga : Helaran HJB ke-543 Hadir Lebih Spesial, Pertama Kalinya Digelar di Malam Hari
Sambutan Wali Kota disampaikan di tengah suasana penuh haru, usai hujan deras yang turun menjelang acara berhenti tepat sebelum pawai dimulai.
“Hari ini tadi hujan deras, dan tepat saat kegiatan dimulai, hujan berhenti. Artinya alam cinta kepada kita semua. Maka sudah seharusnya kita membalas cinta alam dengan menjaga dan merawatnya,” ujar Dedie.
Wali Kota menegaskan bahwa tema HJB ke-543 tahun ini, “Raksa Jagadita”, bukan sekadar slogan, tetapi ajakan nyata bagi seluruh warga Bogor untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Baca Juga : Meriah! Helaran Hari Jadi Bogor 2025 Tampilkan Kekayaan Budaya Nusantara di Pakansari
Ia menyampaikan pesan untuk menjaga kebersihan, menanam pohon, serta memastikan aliran sungai tetap bersih demi masa depan generasi mendatang.
“Tidak boleh lagi sungai-sungai kita kotor, tidak boleh lingkungan kita rusak. Jaga udara kita agar tetap bersih. Wariskan alam yang baik kepada generasi muda Bogor,” tegas Dedie.
Helaran ini menampilkan 36 peserta dari berbagai komunitas budaya se-Jawa Barat dan luar daerah, termasuk Betawi, Minang, Makassar, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Baca Juga : Danjen : Helaran HJB Dishub Siapkan Kantong Parkir
“Raksa Jagadita adalah filosofi, pesan budaya, dan juga identitas Kota Bogor. ‘Di nu kiwari ngancik nu bihari, seujak ayeuna sampereun jaga’ — apa yang kita nikmati hari ini adalah warisan pendahulu, dan harus kita jaga untuk anak cucu kelak,” tutup Dedie.
Helaran ini bukan hanya menjadi perayaan budaya, tetapi juga menjadi panggung refleksi akan hubungan manusia dengan alam, serta komitmen untuk mewariskan Bogor yang lebih bersih, hijau, dan lestari di masa depan.